Senin, 30 Desember 2013

Psikologi Pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.            Latar Belakang
Manusia adalah mahluk sosial. Manusia juga adalah mahluk yang paling sempurna bila dibandingkan dengan mahluk lainnya. Karena manusia memiliki pikiran atau idep dalam kehidupannya untuk berinteraksi dengan mahluk lain serta lingkungannya. Manusia yang maju adalah manusia yang memiliki perubahan maju ke depan, memiliki pola berpikir yang kritis serta mampu bersaing secara sportif dengan manusia lainnya. Untuk dapat berkompetesi dengan manusia lainnya, manusia harus belajar untuk menambah pengetahuan serta pengalaman-pengalamannya.
Belajar merupakan hal yang sudah tidak lazim lagi kita dengar. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa juga bisa di katakan perilaku belajar. Belajar adalah aktivitas yang berproses sehingga sudah tentu di dalamnya terjadi suatu perubahan-perubahan tersendiri secara bertahap. Seseorang disebut belajar bila sesorang itu sudah ada perubahan. Perubahan yang di maksud bukanlah perubahan dari segi fisik melainkan perubahan dari hasil proses belajar itu sendiri dimana jiwa yang mempengaruhi perubahan tingkah laku seseorang.
Belajar juga memainkan peran penting dalam mempertahankan sekelompok umat manusia di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat antara bangsa-bangsa lainnya yang lebih dahulu maju karena belajar. Belajar diharapkan dapat memberikan perubahan yang lebih maju dan positif bukan menjadikan  sesorang itu menjadi insan manusia yang semakin jauh dari nilai-nilai moral. Karena tidak sedikit orang pintar yang menggunakan kepintarannya untuk membuat orang lain terpuruk atau bahkan menghancurkan kehidupan orang tersebut.
Belajar bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Melalui pengamatan-pengamatan terhadap dunia sosial kita, dan melalui pemahaman-pemahaman di dalam peran-peran sosial tersebut kita dapat belajar. Banyak sekali teori-teori di dalam belajar, teori –teori ini yang dikemukakan oleh para ahli psikologi telah menjadi bagian dari proses belajar. Belajar cenderung dipengaruhi oleh lingkungan sosial seseorang. Seseorang itu cenderung belajar dengan berbagai pengamatan dari tingkah laku orang lain dengan cara peniruan. Untuk lebih jelasnya maka disusunlah makalah yang berjudul “Teori Belajar Sosial”.


1.2.            Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini, yaitu :
1.2.1.      Apa pengertian dari Teori Belajar Sosial ?
1.2.2.      Prinsip-prinsip apa saja yang mendasari Teori Belajar Sosial ?
1.2.3.      Bagaimana cara belajar dari mengamati (observational learning) perilaku orang lain (model) dalam Teori Belajar Sosial ?
1.2.4.      Apa kekurangan dan kelebihan dari Teori Belajar Sosial ?


1.3.            Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu :
1.3.1.      Untuk mengetahui pengertian dari Teori Belajar Sosial.
1.3.2.      Untuk mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari Teori Belajar Sosial.
1.3.3.      Untuk mengetahui cara belajar dari mengamati (observational learning) perilaku orang lain (model) dalam Teori Belajar Sosial.
1.3.4.      Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari Teori Belajar Sosial.








BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Teori Belajar Sosial
Teori belajar sosial yang juga masyhur dengan sebutan teori observatinal learning, ‘belajar observasional/ dengan pengamatan’ itu (Pressly & McComick, 1995 : 216) adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Tokoh utama teori ini adalah Albert Bandura, seorang psikolog pada Universitas Stanford Amerika Serikat, yang oleh banyak ahli dianggap sebagai seorang behavioris masa kini yang moderat. Tidak seperti rekan-rekannya sesama penganut aliran behaviorisme, Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks otomatis atas (S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri.
Menurut A. Bandura, belajar itu lebih dari sekadar perubahan perilaku. Belajar adalah pencapaian pengetahuan dan perilaku yang didasari oleh pengetahuannya tersebut ( Teori Kognitif Sosial ).Lewat teori observational learning, Bandura beranggapan bahwa masalah proses psikologi terlalu dianggap penting, atau sebaliknya hanya ditelaah saja. Orang dapat melibatkan diri dalam pikiran simbolik, orang cenderung untuk membimbing dirinya sendiri dalam belajar, dan lingkungannya dapat di pengaruhi perilaku tiruan. Menurut Bandura, yang penting ialah kemampuan seseorang untuk mengabstraksikan informasi dari perilaku orang lain. Pengambilan keputusan dilakukan mengenai perilaku mana yang akan menjadi alternatif dan kemudian melakukan perilaku yang dipilih. Prinsip belajar menurut Bandura adalah usaha menjelaskan belajar dalam situasi alami. Hal ini berbeda dengan situasi di laboraturium atau pada lingkungan sosial yang banyak memerlukan pengamatan tentang pola perilaku beserta konsekuensinya.
Prinsip belajar hasil temuan Bandura termasuk belajar sosial dan moral. Menurut Barlow (1985), sebagian besar dari yang dipelajari manusia terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Dalam hal ini, seorang siswa belajar mengubah perilakunya sendiri melalui penyaksian cara orang atau sekelompok orang mereaksi atau merespons sebuah stimulus tertentu. Siswa ini juga dapat mempelajari respons-respons baru dengan cara pengamatan terhadap perilaku contoh dari orang lain, misalnya guru atau orang tuanya. Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral siswa ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan merespons) dan imitation (peniruan). Penjelasan lebih lanjut mengenai prosedur-prosedur belajar sosial dan moral tersebut adalah seperti terurai di bawah ini.
2.1.1 Conditioning
Menurut prinsip-prinsip kondisioning, prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku sosial dan moral pada dasarnya sama dengan prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku-perilaku lainnya, yakni dengan reward (ganjaran/memberi hadiah atau mengganjar) dan punisment (hukuman/memberi hukuman). Dasar pemikirannya ia;lah sekali seorang siswa mempelajari perbedaan antara perileku-perileku yang menghasilkan ganjaran (reward) dengan perilaku-perilaku yang mengakibatkan hukuman (punisment), ia senantiasa berpikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu ia perbuat.
Sehubungan dengan hal diatas, komentar-komentar yang disampaikan orang tua tau guru ketika mengganjar/menghukum siswa merupakan faktor yang penting untuk proses internalisasi atau penghayatan siswa tersebut terhadap moral standards (patokan-patokan moral). Orang tua dan guru dalam hal ini sangat diharapkan memberi penjelasan agar siswa tersebut benar-benar paham mengenai jenis perilaku mana yang menghasilkan ganjaran dan jenis perilaku mana yang menimbulkan sanksi. Reaksi-reaksi seorang siswa terhadap stimulus yang ia pelajari adalah hasil dari adanya pembiasaan merespons sesuai dengan kebutuhan. Melalui proses pembiasaan merespons (conditioning) ini, ia juga menemukan pemahaman bahwa ia dapat menghindari hukuman dengan memohon maaf yang sebaik-baiknya agar kelak terhindar dari sanksi.
2.1.2 Imitation
Prosedur lain yang juga penting dan menjadi bagian yang integral dengan prosedur-prosedur belajar menurut teori social learning, ialah proses imitasi atau peniruan. Dalam hal ini, orang tua dan guru seyogianya memainkan peran penting sebagai seorang model atau tokoh yang dijadikan contoh berperilaku sosial dan moral bagi siswa. Sebagai contoh, mula-mula seorang siswa mengamati model gurunya sendiri yang sedang melakukan sebuah perilaku sosial, umpamanya menerima seorang tamu. Lalu, perbuatan menjawab salam, berjabat tangan, beramah tamah, dan seterusnya yang dilakukan model itu diserap oleh memori siswa tersebut. Diharapkan, cepat atau lambat siswa tersebut mampu meniru sebaik-baiknya perbuatan sosial yang dicontohkan oleh modelnya itu. Kualitas kemampuan siswa dalam melakukan perilaku sosial hasil pengamatan terhadap model tersebut, antara lain bergantung pada ketajaman persepsinya mengenai ganjaran dan hukuman berkaitan dengan benar dan salahnya perilaku yang ia tiru dari model tadi. Selain itu, tingkat kualitas imitasi tersebut juga bergantung pada persepsi siswa terhadap “siapa” yang menjadi model. Maksudnya, semakin piawai dan berwibawa seorang model, semakin tinggi pula kualitas imitasi perilaku sosial dan moral siswa tersebut.
Sehingga, Teori Belajar sosial (juga dikenal sebagai teori belajar observasional atau teory social learning) adalah proses belajar yang muncul sebagai fungsi dari pengamatan, penguasaan dan, dalam kasus proses belajar imitasi, peniruan perilaku orang lain. Di dalamnya ada proses belajar meniru atau menjadikan model tindakan orang lain melalui pengamatan terhadap orang tersebut. Penelitian lebih lanjut menunjukkan adanya hubungan antara belajar sosial dengan belajar melalui pengkondisian klasik dan operant.

2.2. Prinsip-Prinsip Yang Mendasari Teori Belajar Sosial
Melihat keterbatasan teori belajar behavioristik yan menerangkan dampak penguatan terhadap belajar, dimana perilaku yang diikuti oleh penguatan yang positif akan dipelajari, dan yang tidak diikuti oleh konsekuensi yang positif akan terlupakan. Untuk mengatasi keterbatasan-kerterbatasan itu itu, Bandura memperkenalkan suatu teori alternatif yang dinamakannya Teori Belajar Sosial. Adapun enam prinsip yang mendasari teori ini, yaitu :
2.2.1. Prinsip Faktor-faktor yang Saling Menentukan
Prinsip pertama menyatakan bahwa perilaku, berbagai faktor pada pribadi seseorang dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada lingkungan orang tersebut, secara bersama-sama saling bertindak sebagai penentu atau penyebab yang satu terhadap lainnya dalam apa yang disebut Bandura sebagai sistem diri orang itu.


2.2.2. Kemampuan Membuat atau Memahami Simbol/Tanda/Lambang
Bandura menyatakan bahwa orang memahami dunia ini secara simbolis, melalui gambaran-gambaran kognitif (cognitive representation). Jadi, kita lebih bereaksi terhadap gambaran kognitif dari dunia sekitar daripada terhadap dunia itu sendiri. Artinya, karena kita memiliki kemampuan berpikir dan memanfaatkan bahasa sebagai alat untuk berpikir maka hal-hal yang telah berlalu dapat disimpan dalam ingatan dan hal-hal yang akan datang pula dapat pula “diujicoba” secara simbolis dalam pikiran.
2.2.3. Kemampuan Berpikir ke Depan
Selain dapat digunakan untuk mengingat hal-hal yang sudah pernah dialami, kemampuan berpikir atau mengolah simbol tersebut dapat dimanfaatkan untuk merencanakan masa depan. Kita dapat menduga bagaimana orang lain akan bereaksi terhadap diri kita, dapat menentukan tujuan, dan merencanakan tindakan-tindakan yang harus diambil untuk mencapai tujuan tersebut. Inilah yang disebut berpikir kedepan karena biasanya pikiran mengawali tindakan. Tetapi kadang-kadang, pikiran-pikiran tersebut selain dapat membantu dapat pula menjadi penghalang.
2.2.4. Kemampuan untuk Seolah-olah Mengalami Sendiri Apa yang Dialami Orang Lain
Orang-orang, terlebih lagi anak-anak, mampu belajar dengan cara memperhatikan orang lain berperilaku dan memperhatikan konsekuensi dari perilaku tersebut. Inilah yang dinamakan belajar dari apa yang dialami orang lain. Tentu saja orang dapat belajar dengan melakukan sendiri berbagai hal dan mengalami konsekuensi dari perbuatannya tersebut. Tetapi hidup ini akan terlalu berat apabila belajar secara langsung seperti ini merupakan satu-satunya cara belajar. Karena itu cara belajar dari pengalaman orang lain sangatlah membantu.
2.2.5. Kemampuan Mengatur Diri Sendiri
Prinsip berikutnya dari teori belajar sosial adalah bahawa orang umumnya memiliki kemampuan untuk mengendalikan perilaku mereka sendiri. Seberapa giat kita bekerja dan belajar, berapa jam kita tidur, bagaimana kita bersikap di muka umum, apakah kita mengerjakan tugas perkuliahan kita dengan teratur adalah contoh perilaku yang dapat kita kendalikan. Perilaku-perilaku ini dikerjakan tidak selalu untuk memuaskan orang lain, tetapi berdasarkan standar dan motivasi yang kita tetapkan sendiri. Tentu saja kita akan terpengaruh oleh reaksi orang lain terhadap kita, tetapi tanggung jawab utama berada pada diri kita sendiri.
2.2.6. Kemampuan Untuk Berefleksi
Prinsip terakhir ini menerangkan bahwa kebanyakan orang sering melakukan refleksi atau perenungan untuk memikirkan mengenai kemampuan diri mereka pribadi. Mereka umumnya mampu memantau ide-ide mereka dan menilai kepantasan ide-ide tersebut sekaligus menilai diri mereka sendiri, dengan memperhatikan konsekuensi dari perilaku mereka. Dari semua penilaian diri sendiri itu, yang paling penting adalah penilaian terhadap seberapa kompeten atau seberapa mampu mereka mengira diri mereka dapat mengerjakan suatu tugas dengan sukses. Penilaian terhadap diri sendiri ini disebut keyakinan akan kemampuan diri (self-efficacy) yang ternyata mempengaruhi pilihan seseorang akan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukannya, besarnya usaha yang akan dikerahkan untuk menyelesaikan tugas tersebut, besarnya ketabahan saat menghadapi kesulitan, dan kemungkinan menghadapi suatu tugas dengan rasa khawatir atau ketakutan atau rasa percaya diri.

2.3. Cara Belajar Dari Mengamati (Observatinal Learning) Perilaku Orang Lain (Model) dalam Teori Belajar Sosial
Karakteristik dari teori belajar sosial, yang terbukti sangat penting dan efisien, ialah seseorang dapat belajar dengan cara memperhatikan model beraksi dan membayangkan seolah-olah ia, sebagai pengamat, mengalami sendiri apa yang dialami oleh model tersebut. Yang disebut model adalah orang-orang yang perilakunya dipelajari atau ditiru oleh orang lain. Proses pembelajaran lewat pengamatan terhadap model adalah sebagai berikut.
2.3.1. Memperhatikan Model
Sebagai pengamat, orang tidak dapat belajar melalui observasi kecuali kalau ia memperhatikan kegiatan-kegiatan yang diperagakan oleh model itu dan benar-benar memahaminya. Ini tergantung pada seberapa sederhana dan mencolok mata perilaku yang diperagakan itu. Perilaku yang lebih sederhana dan lebih mencolok mata lebih mudah diperhatikan daripada yang tidak jelas. Proses memperhatikan perilaku model ini juga tergantung kepada relevansi perlaku tersebut di mata si pengamat. Seperti halnya saat kita menjadi calon guru harus menempuh praktek mengajar di sekolah. Sebelum praktek biasanya kita diwajibkan untuk memperhatikan saat guru kelas tersebut mengajar. Saat kita sebagai seorang calon guru yang bertindak sebagai pengamat, memperhatikan guru kelas, yang bertindak sebagai model, mungkin kita akan memperhatikan semua perilaku-perilakumengajar yang penting maupun yang kurang penting karena sepanjang saat yang sama ada banyak perilaku mengajar yang diperagakan oleh guru tersebut. Terakhir, proses memberi perhatian tergantung pada kegiatan apa dan siapa modelnya yang tersedia untuk diamati. Sebagai contoh, seseorang akan lebih memperhatikan dan meniru tindakan-tindakan kasar atau agresif jika ia selalu dikelilingi oleh tindakan yang demikian daripadajika kekasaran jarang dijumpai di lingkungannya.
2.3.2. Mengingat
Agar dapat mengambil manfaat dari perilaku orang lain yang telah diamatinya, seorang pengamat harus dapat mengingat apa yang telah dilihatnya. Dia harus mengubah informasi yang didapatnya menjadi bentuk gambaran mental (mental pictures) atau menjadi simbol-simbol verbal, dan kemudian menyimpan dalam ingatannya. Akan sangat membantu apabila kegiatan yang akan ditiru itu segera diulang atau segera dipratekkan setelah pengamat selesai. Pengamat tidak perlu melakukan pengulangan atau mempratekkan perilaku itu secara fisik, tetapi dapat saja secara kognitif, yaitu dengan membayangkan atau memvisualisasi perilaku tersebut dalam pikirannya.
2.3.3. Produksi
Komponen ketiga dalam proses peniruan (modeling) ini adalah mengubah ide, gambaran, atau ingatan menjadi tindakan. Umpan balik terhadap hasil belajar dalam bentuk perilaku yang diperlihatkan oleh pengamat dapat menjadi alat bantu yang penting dalam proses ini. Umpan balik ini dapat dilakukan lewat observasi diri dan masukan dari pelatih, guru, dan modelnya sendiri.
2.3.4. Motivasi
Orang tidak akan memperagakan atau melaksanakan hal yang dipelajarinya lewat proses pengamatan. Umumnya seorang pengamat akan cenderung untuk memperagakan perilaku yang ditirunya jika hal tersebut menghasilkan hal yang berharga atau diinginkan oleh pengamat tersebut. Pengamat cenderung untuk tidak memperagakan perilaku yang mengakibatkan munculnya hukuman atau bila ia tidak mendapat hadiah dari perbuatan tersebut. Untuk meningkatkan kemungkinan terpelajarinya perilaku positif, seperti menolong orang lain, menyapa dengan ramah, mengucapkan terima kasih, yang ditunjukkan seorang siswa yang dapat dijadikan model maka guru dapat memberikan pujian atau hadiah yang juga teramati dengan jelas. Hal ini akan memotivasi siswa yang mengamati untuk meniru perilaku tersebut. Demikian juga untuk mencegah perilaku yang negatif, seperti tidak membuat pekerjaan rumah, memukul teman, mengucapkan kata-kata kasar maka sebaiknya guru segera memberi hukuman atau peringatan kepada siswa yang melakukan perilaku tersebut sehingga siswa lain tidak meniru perbuatan tersebut.
2.3.5. Atribut Model
Untuk meramalkan efek dari konsekuensi yang diterima seorang model, para guru harus memperhatikan bukan saja hasil (outcomes) tetapi juga karakteristik atau atribut dari siswa yang dijadikan model. Makin mirip karakteristik seorang model dengan para pengamatnya, makin besar kemungkinan bahwa tindakan yang mirip tetapi yang dilakukan oleh pengamat akan memberikan hasil yang sama seperti apabila tindakan tersebut dilakukan oleh model. Namun demikian, model yang memiliki status, kompetensi dan kekuasaan yang tinggi akan lebih efektif dalam memberikan pengaruh terhadap orang lain untuk berperilaku yang mirip dengan model tersebut daripada model yang kurang dalam ketiga hal tersebut.
Ada lima jenis perilaku yang dapat dipelajari melalui pengamatan, yaitu:
2.3.5.1. Keterampilan atau perilaku kognitif yang baru
2.3.5.2. Memperkuat atau melemahkan hambatan terhadap perilaku tertentu yang telah dipelajari sebelumnya (apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, tergantung pada konsekuensi yang dialami si model).
2.3.5.3. Desakan atau dorongan sosial untuk melakukan tindakan yang mirip.
2.3.5.4. Kecendrungan memanfaatkan lingkungan sekitar dan berbagai objek di dalamnya.
2.3.5.5. Saat yang pantas untuk tergugah secara emosional dan reaksi emosional apa yang boleh diekspresikan.
2.4. Kelemahan dan Kelebihan Teori Belajar Sosial
2.3.1. Kelemahan Teori Belajar Sosial
Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru. Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negatif , termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.

2.3.2. Kelebihan Teori Belajar Sosial
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya , karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata – mata reflex atas stimulus ( S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri. Pendekatan teori belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya conditioning ( pembiasan merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain itu pendekatan belajar sosial menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor sosial dan kognitif.







BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penulisan makalah ini bahwa tokoh utama teori belajar sosial ini adalah Albert Bandura, seorang psikolog pada Universitas Stanford Amerika Serikat, yang oleh banyak ahli dianggap sebagai seorang behavioris masa kini yang moderat. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks otomatis atas (S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri. Lewat teori observational learning, Bandura beranggapan bahwa masalah proses psikologi terlalu dianggap penting, atau sebaliknya hanya ditelaah saja. Orang dapat melibatkan diri dalam pikiran simbolik, orang cenderung untuk membimbing dirinya sendiri dalam belajar, dan lingkungannya dapat di pengaruhi perilaku tiruan. Adapun kelemahan dan kelebihan dari Teori Belajar Sosial ini yaitu kelemahannya seperti jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negatif , termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat. Dan kelebihannya adalah  Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya , karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif orang tersebut.

3.2. Saran
Adapun saran dari penulisan makalah ini agar para pembaca dapat melengkapi segala kekurangan dari penulisan makalah ini serta diharapkan kedepannya dapat memberikan suatu perubahan yang lebih baik dalam proses belajar. Selain itu kita sebagai seorang calon guru juga harus mampu menjadi pengamat dan model untuk siswa dan bagi siswa. Dalam hal ini bukanlah hal yang negatif melainkan perubahan yang bersifat positif atau meminimalisir perubahan negatif yang ada pada diri siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Putra, Winata. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka.