BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Manusia adalah
mahluk sosial. Manusia juga adalah mahluk yang paling sempurna bila
dibandingkan dengan mahluk lainnya. Karena manusia memiliki pikiran atau idep
dalam kehidupannya untuk berinteraksi dengan mahluk lain serta lingkungannya.
Manusia yang maju adalah manusia yang memiliki perubahan maju ke depan,
memiliki pola berpikir yang kritis serta mampu bersaing secara sportif dengan
manusia lainnya. Untuk dapat berkompetesi dengan manusia lainnya, manusia harus
belajar untuk menambah pengetahuan serta pengalaman-pengalamannya.
Belajar
merupakan hal yang sudah tidak lazim lagi kita dengar. Dari tidak tahu menjadi
tahu, dari tidak bisa menjadi bisa juga bisa di katakan perilaku belajar.
Belajar adalah aktivitas yang berproses sehingga sudah tentu di dalamnya
terjadi suatu perubahan-perubahan tersendiri secara bertahap. Seseorang disebut
belajar bila sesorang itu sudah ada perubahan. Perubahan yang di maksud
bukanlah perubahan dari segi fisik melainkan perubahan dari hasil proses
belajar itu sendiri dimana jiwa yang mempengaruhi perubahan tingkah laku
seseorang.
Belajar juga
memainkan peran penting dalam mempertahankan sekelompok umat manusia di
tengah-tengah persaingan yang semakin ketat antara bangsa-bangsa lainnya yang
lebih dahulu maju karena belajar. Belajar diharapkan dapat memberikan perubahan
yang lebih maju dan positif bukan menjadikan
sesorang itu menjadi insan manusia yang semakin jauh dari nilai-nilai
moral. Karena tidak sedikit orang pintar yang menggunakan kepintarannya untuk
membuat orang lain terpuruk atau bahkan menghancurkan kehidupan orang tersebut.
Belajar bisa
dilakukan dimana saja dan kapan saja. Melalui pengamatan-pengamatan terhadap
dunia sosial kita, dan melalui pemahaman-pemahaman di dalam peran-peran sosial
tersebut kita dapat belajar. Banyak sekali teori-teori di dalam belajar, teori
–teori ini yang dikemukakan oleh para ahli psikologi telah menjadi bagian dari
proses belajar. Belajar cenderung dipengaruhi oleh lingkungan sosial seseorang.
Seseorang itu cenderung belajar dengan berbagai pengamatan dari tingkah laku
orang lain dengan cara peniruan. Untuk lebih jelasnya maka disusunlah makalah
yang berjudul “Teori Belajar Sosial”.
1.2.
Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dari penulisan makalah ini, yaitu :
1.2.1. Apa
pengertian dari Teori Belajar Sosial ?
1.2.2. Prinsip-prinsip
apa saja yang mendasari Teori Belajar Sosial ?
1.2.3. Bagaimana
cara belajar dari mengamati (observational
learning) perilaku orang lain (model)
dalam Teori Belajar Sosial ?
1.2.4. Apa
kekurangan dan kelebihan dari Teori Belajar Sosial ?
1.3.
Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu :
1.3.1. Untuk
mengetahui pengertian dari Teori Belajar Sosial.
1.3.2. Untuk
mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari Teori Belajar Sosial.
1.3.3. Untuk
mengetahui cara belajar dari mengamati (observational
learning) perilaku orang lain (model)
dalam Teori Belajar Sosial.
1.3.4. Untuk
mengetahui kekurangan dan kelebihan dari Teori Belajar Sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Teori Belajar
Sosial
Teori
belajar sosial yang juga masyhur dengan sebutan teori observatinal learning, ‘belajar observasional/ dengan pengamatan’
itu (Pressly & McComick, 1995 : 216) adalah sebuah teori belajar yang
relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Tokoh utama
teori ini adalah Albert Bandura, seorang psikolog pada Universitas Stanford
Amerika Serikat, yang oleh banyak ahli dianggap sebagai seorang behavioris masa
kini yang moderat. Tidak seperti rekan-rekannya sesama penganut aliran
behaviorisme, Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks
otomatis atas (S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai
hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri.
Menurut
A. Bandura, belajar itu lebih dari sekadar perubahan perilaku. Belajar adalah
pencapaian pengetahuan dan perilaku yang didasari oleh pengetahuannya tersebut
( Teori Kognitif Sosial ).Lewat teori observational learning, Bandura
beranggapan bahwa masalah proses psikologi terlalu dianggap penting, atau
sebaliknya hanya ditelaah saja. Orang dapat melibatkan diri dalam pikiran
simbolik, orang cenderung untuk membimbing dirinya sendiri dalam belajar, dan
lingkungannya dapat di pengaruhi perilaku tiruan. Menurut Bandura, yang penting
ialah kemampuan seseorang untuk mengabstraksikan informasi dari perilaku orang
lain. Pengambilan keputusan dilakukan mengenai perilaku mana yang akan menjadi
alternatif dan kemudian melakukan perilaku yang dipilih. Prinsip belajar
menurut Bandura adalah usaha menjelaskan belajar dalam situasi alami. Hal ini
berbeda dengan situasi di laboraturium atau pada lingkungan sosial yang banyak
memerlukan pengamatan tentang pola perilaku beserta konsekuensinya.
Prinsip
belajar hasil temuan Bandura termasuk belajar sosial dan moral. Menurut Barlow
(1985), sebagian besar dari yang dipelajari manusia terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku
(modeling). Dalam hal ini, seorang
siswa belajar mengubah perilakunya sendiri melalui penyaksian cara orang atau
sekelompok orang mereaksi atau merespons sebuah stimulus tertentu. Siswa ini
juga dapat mempelajari respons-respons baru dengan cara pengamatan terhadap
perilaku contoh dari orang lain, misalnya guru atau orang tuanya. Pendekatan
teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral siswa
ditekankan pada perlunya conditioning
(pembiasaan merespons) dan imitation
(peniruan). Penjelasan lebih lanjut mengenai prosedur-prosedur belajar sosial
dan moral tersebut adalah seperti terurai di bawah ini.
2.1.1 Conditioning
Menurut
prinsip-prinsip kondisioning, prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku
sosial dan moral pada dasarnya sama dengan prosedur belajar dalam mengembangkan
perilaku-perilaku lainnya, yakni dengan reward
(ganjaran/memberi hadiah atau mengganjar) dan punisment (hukuman/memberi hukuman). Dasar pemikirannya ia;lah
sekali seorang siswa mempelajari perbedaan antara perileku-perileku yang
menghasilkan ganjaran (reward) dengan
perilaku-perilaku yang mengakibatkan hukuman (punisment), ia senantiasa berpikir dan memutuskan perilaku sosial
mana yang perlu ia perbuat.
Sehubungan
dengan hal diatas, komentar-komentar yang disampaikan orang tua tau guru ketika
mengganjar/menghukum siswa merupakan faktor yang penting untuk proses
internalisasi atau penghayatan siswa tersebut terhadap moral standards
(patokan-patokan moral). Orang tua dan guru dalam hal ini sangat diharapkan
memberi penjelasan agar siswa tersebut benar-benar paham mengenai jenis
perilaku mana yang menghasilkan ganjaran dan jenis perilaku mana yang menimbulkan
sanksi. Reaksi-reaksi seorang siswa terhadap stimulus yang ia pelajari adalah
hasil dari adanya pembiasaan merespons sesuai dengan kebutuhan. Melalui proses
pembiasaan merespons (conditioning) ini, ia juga menemukan pemahaman bahwa ia
dapat menghindari hukuman dengan memohon maaf yang sebaik-baiknya agar kelak
terhindar dari sanksi.
2.1.2 Imitation
Prosedur
lain yang juga penting dan menjadi bagian yang integral dengan
prosedur-prosedur belajar menurut teori social
learning, ialah proses imitasi atau peniruan. Dalam hal ini, orang tua dan
guru seyogianya memainkan peran penting sebagai seorang model atau tokoh yang
dijadikan contoh berperilaku sosial dan moral bagi siswa. Sebagai contoh,
mula-mula seorang siswa mengamati model gurunya sendiri yang sedang melakukan
sebuah perilaku sosial, umpamanya menerima seorang tamu. Lalu, perbuatan
menjawab salam, berjabat tangan, beramah tamah, dan seterusnya yang dilakukan
model itu diserap oleh memori siswa tersebut. Diharapkan, cepat atau lambat
siswa tersebut mampu meniru sebaik-baiknya perbuatan sosial yang dicontohkan
oleh modelnya itu. Kualitas kemampuan siswa dalam melakukan perilaku sosial
hasil pengamatan terhadap model tersebut, antara lain bergantung pada ketajaman
persepsinya mengenai ganjaran dan hukuman berkaitan dengan benar dan salahnya
perilaku yang ia tiru dari model tadi. Selain itu, tingkat kualitas imitasi
tersebut juga bergantung pada persepsi siswa terhadap “siapa” yang menjadi
model. Maksudnya, semakin piawai dan berwibawa seorang model, semakin tinggi
pula kualitas imitasi perilaku sosial dan moral siswa tersebut.
Sehingga,
Teori Belajar sosial (juga
dikenal sebagai teori belajar
observasional atau teory social learning) adalah
proses belajar
yang muncul sebagai fungsi dari pengamatan, penguasaan dan, dalam kasus proses
belajar imitasi, peniruan perilaku orang lain. Di dalamnya ada proses belajar
meniru atau menjadikan model tindakan orang lain melalui pengamatan terhadap
orang tersebut. Penelitian lebih lanjut menunjukkan adanya hubungan antara
belajar sosial dengan belajar melalui pengkondisian klasik dan operant.
2.2. Prinsip-Prinsip Yang Mendasari
Teori Belajar Sosial
Melihat
keterbatasan teori belajar behavioristik yan menerangkan dampak penguatan
terhadap belajar, dimana perilaku yang diikuti oleh penguatan yang positif akan
dipelajari, dan yang tidak diikuti oleh konsekuensi yang positif akan
terlupakan. Untuk mengatasi keterbatasan-kerterbatasan itu itu, Bandura
memperkenalkan suatu teori alternatif yang dinamakannya Teori Belajar Sosial.
Adapun enam prinsip yang mendasari teori ini, yaitu :
2.2.1.
Prinsip Faktor-faktor yang Saling Menentukan
Prinsip
pertama menyatakan bahwa perilaku, berbagai faktor pada pribadi seseorang dan
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada lingkungan orang tersebut, secara
bersama-sama saling bertindak sebagai penentu atau penyebab yang satu terhadap
lainnya dalam apa yang disebut Bandura sebagai sistem diri orang itu.
2.2.2.
Kemampuan Membuat atau Memahami Simbol/Tanda/Lambang
Bandura
menyatakan bahwa orang memahami dunia ini secara simbolis, melalui
gambaran-gambaran kognitif (cognitive
representation). Jadi, kita lebih bereaksi terhadap gambaran kognitif dari
dunia sekitar daripada terhadap dunia itu sendiri. Artinya, karena kita
memiliki kemampuan berpikir dan memanfaatkan bahasa sebagai alat untuk berpikir
maka hal-hal yang telah berlalu dapat disimpan dalam ingatan dan hal-hal yang
akan datang pula dapat pula “diujicoba” secara simbolis dalam pikiran.
2.2.3.
Kemampuan Berpikir ke Depan
Selain
dapat digunakan untuk mengingat hal-hal yang sudah pernah dialami, kemampuan
berpikir atau mengolah simbol tersebut dapat dimanfaatkan untuk merencanakan
masa depan. Kita dapat menduga bagaimana orang lain akan bereaksi terhadap diri
kita, dapat menentukan tujuan, dan merencanakan tindakan-tindakan yang harus
diambil untuk mencapai tujuan tersebut. Inilah yang disebut berpikir kedepan
karena biasanya pikiran mengawali tindakan. Tetapi kadang-kadang, pikiran-pikiran
tersebut selain dapat membantu dapat pula menjadi penghalang.
2.2.4.
Kemampuan untuk Seolah-olah Mengalami Sendiri Apa yang Dialami Orang Lain
Orang-orang,
terlebih lagi anak-anak, mampu belajar dengan cara memperhatikan orang lain
berperilaku dan memperhatikan konsekuensi dari perilaku tersebut. Inilah yang
dinamakan belajar dari apa yang dialami orang lain. Tentu saja orang dapat
belajar dengan melakukan sendiri berbagai hal dan mengalami konsekuensi dari
perbuatannya tersebut. Tetapi hidup ini akan terlalu berat apabila belajar
secara langsung seperti ini merupakan satu-satunya cara belajar. Karena itu
cara belajar dari pengalaman orang lain sangatlah membantu.
2.2.5.
Kemampuan Mengatur Diri Sendiri
Prinsip
berikutnya dari teori belajar sosial adalah bahawa orang umumnya memiliki
kemampuan untuk mengendalikan perilaku mereka sendiri. Seberapa giat kita
bekerja dan belajar, berapa jam kita tidur, bagaimana kita bersikap di muka
umum, apakah kita mengerjakan tugas perkuliahan kita dengan teratur adalah
contoh perilaku yang dapat kita kendalikan. Perilaku-perilaku ini dikerjakan
tidak selalu untuk memuaskan orang lain, tetapi berdasarkan standar dan
motivasi yang kita tetapkan sendiri. Tentu saja kita akan terpengaruh oleh
reaksi orang lain terhadap kita, tetapi tanggung jawab utama berada pada diri
kita sendiri.
2.2.6.
Kemampuan Untuk Berefleksi
Prinsip
terakhir ini menerangkan bahwa kebanyakan orang sering melakukan refleksi atau
perenungan untuk memikirkan mengenai kemampuan diri mereka pribadi. Mereka
umumnya mampu memantau ide-ide mereka dan menilai kepantasan ide-ide tersebut
sekaligus menilai diri mereka sendiri, dengan memperhatikan konsekuensi dari
perilaku mereka. Dari semua penilaian diri sendiri itu, yang paling penting
adalah penilaian terhadap seberapa kompeten atau seberapa mampu mereka mengira
diri mereka dapat mengerjakan suatu tugas dengan sukses. Penilaian terhadap
diri sendiri ini disebut keyakinan akan kemampuan diri (self-efficacy) yang ternyata mempengaruhi pilihan seseorang akan kegiatan-kegiatan
yang akan dilakukannya, besarnya usaha yang akan dikerahkan untuk menyelesaikan
tugas tersebut, besarnya ketabahan saat menghadapi kesulitan, dan kemungkinan
menghadapi suatu tugas dengan rasa khawatir atau ketakutan atau rasa percaya diri.
2.3.
Cara Belajar Dari Mengamati (Observatinal Learning) Perilaku Orang
Lain (Model) dalam Teori Belajar
Sosial
Karakteristik
dari teori belajar sosial, yang terbukti sangat penting dan efisien, ialah
seseorang dapat belajar dengan cara memperhatikan model beraksi dan
membayangkan seolah-olah ia, sebagai pengamat, mengalami sendiri apa yang
dialami oleh model tersebut. Yang disebut model adalah orang-orang yang
perilakunya dipelajari atau ditiru oleh orang lain. Proses pembelajaran lewat
pengamatan terhadap model adalah sebagai berikut.
2.3.1.
Memperhatikan Model
Sebagai
pengamat, orang tidak dapat belajar melalui observasi kecuali kalau ia
memperhatikan kegiatan-kegiatan yang diperagakan oleh model itu dan benar-benar
memahaminya. Ini tergantung pada seberapa sederhana dan mencolok mata perilaku
yang diperagakan itu. Perilaku yang lebih sederhana dan lebih mencolok mata
lebih mudah diperhatikan daripada yang tidak jelas. Proses memperhatikan
perilaku model ini juga tergantung kepada relevansi perlaku tersebut di mata si
pengamat. Seperti halnya saat kita menjadi calon guru harus menempuh praktek
mengajar di sekolah. Sebelum praktek biasanya kita diwajibkan untuk
memperhatikan saat guru kelas tersebut mengajar. Saat kita sebagai seorang
calon guru yang bertindak sebagai pengamat, memperhatikan guru kelas, yang
bertindak sebagai model, mungkin kita akan memperhatikan semua perilaku-perilakumengajar
yang penting maupun yang kurang penting karena sepanjang saat yang sama ada
banyak perilaku mengajar yang diperagakan oleh guru tersebut. Terakhir, proses
memberi perhatian tergantung pada kegiatan apa dan siapa modelnya yang tersedia
untuk diamati. Sebagai contoh, seseorang akan lebih memperhatikan dan meniru
tindakan-tindakan kasar atau agresif jika ia selalu dikelilingi oleh tindakan
yang demikian daripadajika kekasaran jarang dijumpai di lingkungannya.
2.3.2.
Mengingat
Agar
dapat mengambil manfaat dari perilaku orang lain yang telah diamatinya, seorang
pengamat harus dapat mengingat apa yang telah dilihatnya. Dia harus mengubah
informasi yang didapatnya menjadi bentuk gambaran mental (mental pictures) atau menjadi simbol-simbol verbal, dan kemudian
menyimpan dalam ingatannya. Akan sangat membantu apabila kegiatan yang akan
ditiru itu segera diulang atau segera dipratekkan setelah pengamat selesai.
Pengamat tidak perlu melakukan pengulangan atau mempratekkan perilaku itu
secara fisik, tetapi dapat saja secara kognitif, yaitu dengan membayangkan atau
memvisualisasi perilaku tersebut dalam pikirannya.
2.3.3.
Produksi
Komponen
ketiga dalam proses peniruan (modeling)
ini adalah mengubah ide, gambaran, atau ingatan menjadi tindakan. Umpan balik
terhadap hasil belajar dalam bentuk perilaku yang diperlihatkan oleh pengamat
dapat menjadi alat bantu yang penting dalam proses ini. Umpan balik ini dapat
dilakukan lewat observasi diri dan masukan dari pelatih, guru, dan modelnya
sendiri.
2.3.4.
Motivasi
Orang
tidak akan memperagakan atau melaksanakan hal yang dipelajarinya lewat proses
pengamatan. Umumnya seorang pengamat akan cenderung untuk memperagakan perilaku
yang ditirunya jika hal tersebut menghasilkan hal yang berharga atau diinginkan
oleh pengamat tersebut. Pengamat cenderung untuk tidak memperagakan perilaku
yang mengakibatkan munculnya hukuman atau bila ia tidak mendapat hadiah dari
perbuatan tersebut. Untuk meningkatkan kemungkinan terpelajarinya perilaku
positif, seperti menolong orang lain, menyapa dengan ramah, mengucapkan terima
kasih, yang ditunjukkan seorang siswa yang dapat dijadikan model maka guru
dapat memberikan pujian atau hadiah yang juga teramati dengan jelas. Hal ini
akan memotivasi siswa yang mengamati untuk meniru perilaku tersebut. Demikian
juga untuk mencegah perilaku yang negatif, seperti tidak membuat pekerjaan
rumah, memukul teman, mengucapkan kata-kata kasar maka sebaiknya guru segera
memberi hukuman atau peringatan kepada siswa yang melakukan perilaku tersebut
sehingga siswa lain tidak meniru perbuatan tersebut.
2.3.5.
Atribut Model
Untuk
meramalkan efek dari konsekuensi yang diterima seorang model, para guru harus
memperhatikan bukan saja hasil (outcomes)
tetapi juga karakteristik atau atribut dari siswa yang dijadikan model. Makin
mirip karakteristik seorang model dengan para pengamatnya, makin besar
kemungkinan bahwa tindakan yang mirip tetapi yang dilakukan oleh pengamat akan
memberikan hasil yang sama seperti apabila tindakan tersebut dilakukan oleh
model. Namun demikian, model yang memiliki status, kompetensi dan kekuasaan
yang tinggi akan lebih efektif dalam memberikan pengaruh terhadap orang lain
untuk berperilaku yang mirip dengan model tersebut daripada model yang kurang
dalam ketiga hal tersebut.
Ada
lima jenis perilaku yang dapat dipelajari melalui pengamatan, yaitu:
2.3.5.1.
Keterampilan atau perilaku kognitif yang baru
2.3.5.2. Memperkuat atau melemahkan
hambatan terhadap perilaku tertentu yang telah dipelajari sebelumnya (apa yang
boleh dan tidak boleh dilakukan, tergantung pada konsekuensi yang dialami si
model).
2.3.5.3. Desakan atau dorongan sosial
untuk melakukan tindakan yang mirip.
2.3.5.4. Kecendrungan memanfaatkan
lingkungan sekitar dan berbagai objek di dalamnya.
2.3.5.5. Saat yang pantas untuk tergugah
secara emosional dan reaksi emosional apa yang boleh diekspresikan.
2.4. Kelemahan dan Kelebihan Teori
Belajar Sosial
2.3.1.
Kelemahan Teori Belajar Sosial
Teori
pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori
behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai
peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan
pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru. Selain itu juga, jika manusia
belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat
sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah
laku yang negatif , termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.
2.3.2. Kelebihan Teori Belajar
Sosial
Teori Albert
Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya , karena itu
menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui sistem
kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata –
mata reflex atas stimulus ( S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul
akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri. Pendekatan
teori belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya conditioning ( pembiasan merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain itu pendekatan belajar sosial
menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak –
anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak –
anak, faktor sosial dan kognitif.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penulisan
makalah ini bahwa tokoh utama teori belajar sosial ini adalah Albert Bandura,
seorang psikolog pada Universitas Stanford Amerika Serikat, yang oleh banyak
ahli dianggap sebagai seorang behavioris masa kini yang moderat. Bandura
memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks otomatis atas (S-R
bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara
lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri. Lewat teori observational
learning, Bandura beranggapan bahwa masalah proses psikologi terlalu dianggap
penting, atau sebaliknya hanya ditelaah saja. Orang dapat melibatkan diri dalam
pikiran simbolik, orang cenderung untuk membimbing dirinya sendiri dalam
belajar, dan lingkungannya dapat di pengaruhi perilaku tiruan. Adapun kelemahan
dan kelebihan dari Teori Belajar Sosial ini yaitu kelemahannya seperti jika
manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat
sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah
laku yang negatif , termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat. Dan
kelebihannya adalah Teori Albert Bandura
lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya , karena itu menekankan
bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif
orang tersebut.
3.2. Saran
Adapun
saran dari penulisan makalah ini agar para pembaca dapat melengkapi segala
kekurangan dari penulisan makalah ini serta diharapkan kedepannya dapat
memberikan suatu perubahan yang lebih baik dalam proses belajar. Selain itu
kita sebagai seorang calon guru juga harus mampu menjadi pengamat dan model
untuk siswa dan bagi siswa. Dalam hal ini bukanlah hal yang negatif melainkan
perubahan yang bersifat positif atau meminimalisir perubahan negatif yang ada
pada diri siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Djaali.
2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta :
Bumi Aksara.
Syah,
Muhibbin. 2005. Psikologi Belajar.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Putra,
Winata. 2007. Teori Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka.